Aceh Utara | Pemerintah Kabupaten Aceh Utara kembali memperkuat strategi percepatan penurunan stunting melalui Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (GENTING), sebuah program quick win Kemenduk Bangga/BKKBN yang menekankan gotong-royong dan keterlibatan masyarakat dalam pemenuhan gizi keluarga berisiko. Program ini kini difokuskan pada Kecamatan Lapang yang mencatat sejumlah temuan penting berdasarkan data E-PPGBM bulan Agustus 2025.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPMPPKB), Fuad Mukhtar, mengatakan bahwa GENTING menjadi salah satu pendekatan paling relevan dalam mempercepat perbaikan gizi masyarakat. “Semangat saling membantu dari masyarakat menjadi fondasi program ini. Kita ingin menumbuhkan kembali tradisi gotong royong dalam konteks kebutuhan gizi balita dan ibu hamil,” ujarnya.
Data Gizi Lapang Perlu Jadi Alarm Bersama, dari 11 desa di Kecamatan Lapang, tercatat 761 balita sebagai sasaran, dan 695 balita telah terinput dalam sistem E-PPGBM – setara 91 persen cakupan. Berdasarkan hasil pemantauan Agustus 2025, ditemukan:
52 balita mengalami stunting
28 wasting
69 underweight
20 sangat pendek
10 gizi sangat kurang, 59 gizi kurang
611 balita dengan berat badan normal
642 balita tinggi badan normal
Sementara 15 balita berisiko gizi lebih, dan 9 balita sudah berada pada kategori gizi lebih.
Kabid Dalduk, KB dan KS, Muhammad Azhar, mengatakan bahwa angka-angka tersebut menunjukkan perlunya intervensi cepat dan terukur. “PKB di Lapang turun langsung dari rumah ke rumah, melakukan asesmen, memberikan edukasi, serta mencatat kondisi kesehatan keluarga secara rinci,” katanya.
Azhar menjelaskan bahwa pendekatan GENTING memiliki kemiripan dengan program 1-10-100 di Kabupaten Aceh Utara yang telah terbukti efektif menekan angka stunting. “Program yang dilakukan dua tahun lalu di Lamongan ini punya dampak nyata karena bantuan diarahkan langsung kepada baduta berisiko dan ibu hamil KEK. Ini model yang kita terapkan juga di Aceh Utara melalui GENTING.”
Dua Jenis Bantuan: Nutrisi dan Non-Nutrisi, Program GENTING menyediakan dua bentuk bantuan utama, yaitu:
1. Bantuan nutrisi berupa paket pangan bergizi untuk meningkatkan kualitas asupan 1.000 HPK (Hari Pertama Kehidupan).
2. Bantuan non-nutrisi berupa dukungan terhadap rumah sehat, sanitasi, hingga lingkungan yang layak huni.
Selain itu, edukasi berkelanjutan menjadi bagian penting program – mulai dari pola makan, kebersihan lingkungan, ASI eksklusif, hingga pencegahan perkawinan usia dini.
Peran Besar TPK di Lapangan, Di Aceh Utara, intervensi GENTING diperkuat oleh Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang terdiri dari bidan/tenaga kesehatan, kader PKK, dan kader KB. Mereka menjadi ujung tombak di lapangan dalam memantau kesehatan ibu hamil dan balita secara berkala.
“Kami ingin para kader tetap konsisten, peka terhadap isu kependudukan di desa, serta aktif melaporkan kondisi yang berpotensi memicu stunting,” tambah Azhar.
Solidaritas Sosial Makin Tumbuh, Gerakan ini juga membuka ruang bagi masyarakat untuk menjadi orang tua asuh. Menurut Azhar, minat masyarakat luar biasa besar. “Banyak yang ingin terlibat, bahkan melebihi target awal kami. Ini menunjukkan bahwa solidaritas sosial masih kuat, meski hidup di zaman ekonomi modern yang serba individualistik.”
Azhar menegaskan bahwa keberhasilan GENTING sangat bergantung pada sinergi antaraktor. Pemerintah, swasta, media, akademisi, dan komunitas disebut memiliki peran penting untuk memastikan intervensi berjalan efektif.
“Dengan pendekatan kolaboratif, kita berharap GENTING mampu mencetak generasi Aceh Utara yang lebih sehat, lebih kuat, dan siap menyongsong Indonesia Emas 2045,” ujarnya.
Stunting tetap menjadi isu strategis nasional. Di Aceh Utara, GENTING bukan hanya program, tetapi gerakan sosial yang memadukan gotong royong, edukasi gizi, dan pendampingan jangka panjang.
Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (GENTING) menjadi harapan baru bagi keluarga-keluarga di Aceh Utara untuk memastikan anak-anak mereka tumbuh sehat dan berdaya.[Adv]
