Search

15 Desember 2025

|

Adventorial

Prioritaskan Balita Berisiko, GENTING Jadi Fondasi Kolaborasi Tekan Stunting

Foto: Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPM-PPKB) Aceh Utara, Fuad Mukhtar, S.Sos., M.S.M

Aceh Utara | Upaya percepatan penurunan stunting di Kabupaten Aceh Utara terus menunjukkan kemajuan signifikan. Tahun ini, pemerintah daerah memperkuat Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (GENTING) sebagai langkah kolaboratif yang melibatkan seluruh unsur pemerintah, kecamatan hingga desa, untuk memastikan keluarga berisiko mendapat pendampingan yang terarah.

Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPM-PPKB) Aceh Utara, Fuad Mukhtar, S.Sos., M.S.M., melalui Kabid Dalduk, KB dan KS, Muhammad Azhar, menegaskan bahwa perluasan intervensi stunting tahun ini difokuskan langsung ke desa. Pemerintah juga menyiapkan anggaran pendampingan enam bulan berupa dukungan pangan bergizi seperti telur dan kacang hijau bagi balita stunting ataupun berisiko.

“Pendampingan untuk keluarga berisiko sudah berjalan, namun tahun ini kita memperluas cakupan melalui GENTING, agar lintas perangkat daerah, gampong, dan kader di lapangan bergerak bersama mendampingi balita secara lebih intensif,” ujar Azhar

KPM Garda Terdepan di Desa. Dalam implementasinya, Kader Pembangunan Manusia (KPM) menjadi pilar penting yang memastikan program benar-benar menyentuh keluarga penerima manfaat. Para KPM bertugas:

Mensosialisasikan pencegahan stunting kepada keluarga dan masyarakat.

Mendeteksi dan memantau sasaran 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

Mengadvokasi APBDes agar mengalokasikan anggaran gizi dan kesehatan.

Mengkoordinasikan bidan desa, puskesmas, kader posyandu, PAUD, dan perangkat gampong untuk memastikan layanan berjalan terpadu.

Keberadaan KPM menjadi faktor kunci dalam memastikan data lapangan akurat dan intervensi tepat sasaran.

Sinergi Ayah–Ibu Bangun Pondasi Generasi Kuat. Ketua Ikatan Penyuluh Keluarga Berencana Indonesia (IPeKB) Aceh Utara, Marliah, menyoroti pentingnya pengasuhan yang melibatkan kedua orang tua.

“Peran ibu memang sentral, tetapi keberhasilan membangun generasi kuat membutuhkan sinergi ayah dan ibu. Stunting bukan sekadar isu gizi, melainkan investasi masa depan anak-anak kita,” ujar Marliah.

Ia menegaskan bahwa pendampingan keluarga harus dilakukan bersama, mulai dari pemenuhan gizi, stimulasi tumbuh kembang, hingga pola asuh sehari-hari.

PMT Variatif Dari Bubur Ikan Hingga Siomay Ayam, Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) tetap menjadi barisan depan peningkatan gizi balita, baik PMT Pemulihan maupun PMT Penyuluhan. Menu PMT kini semakin variatif dan memanfaatkan pangan lokal, di antaranya:

Bubur kacang hijau, Nasi tim hati ayam
Siomay ikan/ayam, Biskuit fortifikasi
Soto daging, Puding, Nugget ikan/ayam.

Setiap sajian disertai edukasi gizi agar orang tua memahami cara menyediakan makanan sehat dari bahan yang tersedia di dapur mereka sendiri.

Data Gizi Agustus: Entri 100 Persen dari 1.475 Balita. Berdasarkan data E-PPGBM Dinas Kesehatan Aceh Utara periode Agustus 2025:

1.475 balita tercatat 100% dalam sistem.
1.438 memiliki berat badan normal.
1.459 memiliki tinggi badan normal.

Data lengkap ini menjadi pijakan penting bagi pemetaan keluarga berisiko dan penentuan sasaran intervensi GENTING maupun PMT Pemulihan.

Pangan Lokal, Kemandirian Gizi Keluarga.
Bidan desa di Syamtalira Bayu melaporkan bahwa PMT berbasis pangan lokal kini menjadi kekuatan utama program. Olahan seperti bubur ikan, nasi tim sayur, hingga puding lokal memanfaatkan bahan bergizi seperti ikan, ayam, telur, sayuran, umbi-umbian, dan buah.

Pendekatan ini tidak hanya membantu pemulihan gizi balita, tetapi juga mendorong kemandirian pangan dan ketahanan keluarga.

Pemerintah dan tenaga kesehatan di Syamtalira Bayu menegaskan bahwa keberhasilan penurunan stunting tidak hanya ditentukan oleh intervensi gizi, tetapi juga oleh kekuatan kolaborasi di tingkat keluarga dan desa. Melalui Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (GENTING), setiap unsur – mulai pemerintah kabupaten, perangkat gampong, KPM, hingga orang tua balita- didorong untuk terlibat langsung sebagai pengasuh, pendamping, dan penggerak perubahan perilaku.[Adv]