Aceh Utara | Upaya penanggulangan stunting di Kabupaten Aceh Utara terus bergerak maju dengan semangat kolaborasi lintas sektor. Tahun ini, pemerintah daerah memperkuat strategi melalui penguatan Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting), sebuah program yang menempatkan sosok ayah sebagai pilar penting dalam pencegahan stunting.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPM-PPKB) Aceh Utara, Fuad Mukhtar, S.Sos., M.S.M, melalui Kabid Dalduk, KB dan KS, Muhammad Azhar, menjelaskan bahwa Genting akan digalakkan secara intensif di lingkungan Sekretariat Daerah dan seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) pada tahun ini. Pemerintah sedang menyiapkan Surat Keputusan (SK) Bupati sebagai dasar penguatan pelaksanaan program.
“Meskipun pendampingan untuk anak stunting sudah berjalan, tahun ini kita memperluas cakupan melalui Gerakan Anak Asuh Stunting (Genting). Dengan SK Bupati, seluruh kepala dinas dan kepala bagian dapat terlibat langsung dalam pengasuhan dan pendampingan keluarga berisiko stunting,” ujar Azhar.
Sebagai dukungan konkret, pemerintah juga menyiapkan anggaran pendampingan selama enam bulan, yang akan difokuskan untuk penyediaan pangan bergizi seperti telur dan kacang hijau bagi keluarga anak stunting.
Peran KPM Garda Terdepan di Desa dalam upaya penanganan stunting di tingkat gampong, Kader Pembangunan Manusia (KPM) memainkan peran yang sangat strategis. Mereka menjadi ujung tombak penggerak pencegahan stunting di desa.
Tugas KPM meliputi Mensosialisasikan pencegahan stunting kepada keluarga dan masyarakat.
Mendeteksi dan memantau sasaran 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Mengadvokasi penganggaran desa (APBDes) untuk program gizi dan layanan kesehatan.
Mengkoordinasikan lintas pihak seperti bidan desa, Puskesmas, kader Posyandu, guru PAUD, dan perangkat gampong agar layanan berjalan efektif dan terintegrasi.
Kehadiran KPM dianggap sebagai ujung tombak yang memastikan semua program pencegahan stunting benar-benar menyentuh keluarga penerima manfaat.
Sinergi Ayah dan Ibu Fondasi Generasi Kuat Ketua Ikatan Penyuluh Keluarga Berencana Indonesia (IPeKB) Aceh Utara, Marliah, menegaskan bahwa keberhasilan mencegah stunting tidak hanya bertumpu pada peran ibu semata.
“Peran ibu memang sangat penting, tetapi untuk menghasilkan generasi yang kuat, sinergi antara ayah dan ibu sangat diperlukan. Stunting bukan sekadar persoalan gizi, melainkan masa depan anak-anak kita,” ujarnya.
Program GATI mengusung pendekatan holistik yang menempatkan pengasuhan sebagai tanggung jawab bersama antara ayah dan ibu, dengan ayah hadir dalam pendampingan, pengasuhan, serta pemenuhan kebutuhan gizi dan tumbuh kembang anak.
PMT Variatif Dari Bubur Ikan hingga Siomay Ayam. Sementara itu, kegiatan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di posyandu tetap menjadi garda penting peningkatan gizi balita. Marliah menjelaskan, PMT terdiri dari PMT Pemulihan bagi balita gizi buruk dan PMT Penyuluhan untuk edukasi gizi kepada seluruh balita.
Menu PMT sangat bervariasi dan memanfaatkan bahan pangan lokal bergizi tinggi, seperti:
Bubur Kacang Hijau, Nasi Tim Hati Ayam, Biskuit Fortifikasi, Siomay Ikan/Ayam, Soto Daging, Puding, Nugget Ikan/Ayam.
Semua disajikan bersama edukasi gizi agar orang tua memahami cara memenuhi kebutuhan gizi balita menggunakan bahan makanan sehari-hari.
Data Gizi Agustus Capaian Entri 100 Persen Berdasarkan data E-PPGBM Dinas Kesehatan Aceh Utara bulan Agustus 2025, puskesmas yang menaungi 38 desa berhasil melakukan entri data 100% dari 1.475 balita.
Berat badan normal: 1.438 anak dan Tinggi badan normal: 1.459 anak, Data lengkap ini menjadi fondasi untuk menentukan sasaran intervensi Genting dan PMT Pemulihan.
Bidan desa di Syamtalira Bayu mengatakan bahwa PMT berbasis pangan lokal semakin menjadi kekuatan program. Olahan seperti bubur ikan, nasi tim sayur, hingga puding lokal menggunakan bahan seperti ikan, ayam, telur, umbi-umbian, bayam, wortel, dan buah.
Program ini bukan hanya memulihkan gizi, tetapi juga mendorong kemandirian pangan dan penguatan ketahanan keluarga.[Adv]
