Search

12 November 2025

|

Sosok

Epistimologi Sains, Filsafat, dan Mistisme 3 Cabang Utama Dalam Pencarian Kebenaran

Foto: Firdausi Nuzula Mahasiswa PASCASARJANA UINSUNA Lhokseumawe

Oleh: Firdausi Nuzula Mahasiswa PASCASARJANA UINSUNA Lhokseumawe

Seorang akademik sering mendengar “pengertian secara epistemologi”. Akan tatapi tahukah anda apa itu epistemologi, epistemologi adalah sebuah pengetahuan yang membahas tentang hakikat sesuatu, atau asal pengetahuan tersebut. Secara objeknya epistemolongi ini mempelajari bagaimana suatu pengetahuan diperoleh dan di validasi.

Awal mula epistemologi, dari pemikiran-pemikiran filsuf yunani kuno seperti Socrates, Plato, Aristoteles.

Kemudian mendapatkan pengembangan dari para filsuf muslim seperti Ibnu Sina, dangan nama aslinya Abu Ali al – Husayn Ibnu `Abdillah Ibnu Sina (hidup dari tahun 370 H/980 M sampai tahun 428 H/1036 M).

Al-Farabi, dengan nama aslinya Abu Nasr Muhammad Ibnu Muhammad Ibnu Uzlag Ibnu Turkhan al – Farabi, hidup pada (295 – 339 H/ 872 – 950 M). dan Al-Ghazali, mempunyai nama asli Muhammad bin Ahmad al – ghazali ath – Thusi, hidup pada 450 H/1058 M hingga 550 H/1111 M.

Sehingga mucul dua sistem utama yaitu Modern Barat-sekuler, dan Aristotelian-Islamik. Atau yang dikenal dengan epistemologi modern barat yang sekuler yang mengandalkan ilmu rasional saja, sedangkan epistemologi islam yang mengintergrasikan ilmu rasional dan wahyu.

Epistemologi mempunyai tiga cabang antara lainnya: Epistemologi Sains, Epistemologi Filsafat, dan Epistemologi Mistis.

Epistemologi Sains

Sebuah cabang filsafat yang dikenal sebagai “epistemologi ilmu pengetahuan” mempelajari sifat dan teori ilmu pengetahuan, terutama terkait dengan cara dan tempat di mana pengetahuan ilmiah diperoleh serta bagaimana kebenarannya dapat dijelaskan.

Berdasarkan berbagai jurnal nasional dan internasional, epistemologi ilmu pengetahuan menekankan metode ilmiah yang terdiri dari pengamatan, eksperimen, dan verifikasi sebagai cara utama untuk memperoleh pengetahuan yang valid dan objektif.

Misalnya, Thomas S. Kuhn, dalam teorinya tentang revolusi ilmiah, menunjukkan bagaimana pergeseran paradigma dalam ilmu pengetahuan terjadi melalui penemuan-penemuan baru yang menggugurkan teori-teori lama, membuktikan bahwa perkembangan ilmiah tidak selalu linear, tetapi dinamis dan kadang-kadang revolusioner. Contoh lainnya, penemuan struktur DNA mengubah paradigma lama dalam genetika dan membawa biologi ke tahap baru. Bukti dalam epistemologi ilmu pengetahuan berasal dari akumulasi data empiris yang dapat diuji ulang dan direplikasi oleh peneliti lain, sehingga memperkuat validitas teori-teori ilmiah.

Epistemologi Filsafat

Epistemologi filsafat adalah cabang filsafat yang mempelajari hakikat, sumber, batasan, dan validitas pengetahuan manusia secara luas. Dalam epistemologi filsafat, pengetahuan dipahami sebagai sesuatu yang diperoleh melalui proses berpikir kritis dan reflektif, dengan menilai kebenaran dan keyakinan secara mendalam melalui pendekatan rasional dan metodologis. Contohnya adalah kajian tentang bagaimana manusia membedakan antara pengetahuan yang sahih dan sekadar opini atau dugaan, serta mempertanyakan sumber-sumber pengetahuan seperti indera, akal, dan wahyu. Epistemologi filsafat dilakukan dengan mengkaji argumentasi filosofis, evaluasi logika, serta menguji konsistensi ide dan refleksi subjektif, berbeda dengan metode empiris dalam ilmu pengetahuan.

Epistemologi Mistis

Studi tentang pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman spiritual langsung, intuisi, atau pencerahan batin yang melampaui pendekatan logis dan empiris dikenal sebagai epistemologi mistis. Epistemologi mistis menekankan bahwa pengalaman mistis atau intuisi subjektif yang melampaui rasionalitas lebih mungkin membawa pada kebenaran mutlak daripada pengalaman biasa atau akal sehat semata. Konsep hudhuri pengetahuan Mulla Sadra, yang merupakan pengetahuan yang diperoleh langsung dari Tuhan tanpa pembedaan subjek-objek dan tanpa dualisme kebenaran dan kesalahan, menjadi contohnya. Berbeda dengan ilmu pengetahuan, epistemologi mistis bergantung pada koneksi eksistensial dengan Yang Maha Kuasa dan pengalaman batin daripada pengujian empiris atau logis.