Acèh Utara | Ditengah dengungan dan harapan Aceh Utara Bangkit berbagai persoalan masyarakat pun mucul ditengah masyarakat yang ingin bangkit dan maju bahkan lari dari ketertinggalan, ini menandakan carut marutnya perencanaan pembangunan masa lalu hingga meninggalkan berbagai masalah bagi generasi muda Aceh Utara, miris sedih jika dikaji persoalan demi persoalan semakin bertambah tambah seperti persoalan gampong yang hilang status Snb alue tingkeum lhoksukon.
persoalan rawannya jembatan peninggalan perusahaan Amerika Exxon Mobil Oil, ini telah menyita perhatian publik bahkan menjadi pertanyaan serius kemana Pemerintah saat itu..? Aceh Utara dikenal dengan luas wilayah yang membentang di dataran rendah memungkinkan petani dari 852 desa bercocok tanam menggantungkan hidup di lahan pertanian yang subur, di pesisir dengan lahan tambak dan laut yang memberikan rezeki bagi sang nelayan, artinya kelebihan dan keistimewaan bagi 600 ribuan penduduk dapat mencari rezeki dimapun dia tinggal, ini sebuah rahmat yang diberikan Allah SWT.
Beranjak dari berbagai persoalan maka menjadi pr bagi penyelenggara Negara di era Kepemimpinan Ayah wa yang berlatar belakang Petani dan Politikus lokal, hal itu sangat memugkinkan bisa diselesaikan dalam satu periode kepemimpinannya yang didukung penuh oleh Mayoritas Partai Politik Lokal dan Nasional.
Persoalan demi persoalan harus segera dituntaskan menuju Aceh Utara Maju dan Bangkit, ini perlu dukungan semua pihak.
Tokoh muda pirak timur Tgk. Aris Munandar memandang penting dibangun pengaman jembatan atau dinding beton disisi jembatan untuk kenyamanan pengemudi dan kerawanan kecelakaan bagi anak anak, ini urgen ungkapnya, harus mendapat perhatian khusus oleh Perusahaan kebanggaan Rakyat Aceh PGE, jalan aspal sepanjang lebih dari 7 KM bisa dibangun PGE masak hanya dinding jembatan terlupakan, ini tidak bisa dibiyarkan harus ada tindakan kongkrit dari Pimpinan Pge, para petinggi perusahaan pun harus memikirkan serius tentang keselamatan warga, ungkap Aris dengan wajah tegang.
Sementara itu M. Azhar juga sedang memikirkan kepentingan masyarakat banyak di aceh Utara, hal yang sedang ditangani oleh Lembaganya GRAM adalah tentang upaya penghilangan status desa alue tingkeum menjadi dusun dilhoksukon Aceh Utara, baru baru ini ia juga tampil membela masyarakat paya bakong dari pengalihan status tanah warga di tiga kecamatan masuk dalam peta dan sertifikat HGU Salah satu Perusahaan perkebunan, ini juga menurut Azhar akan menjadi sebuah keprihatinan masyarakat, upaya konflik antara masyarakat dengan perusahaan harus segera dihentikan ungkap azhar dengan gaya kacamatanya yang hitam pekat, dikenal dengan pemuda penuh candaan dan suka berpose.
Dua tokoh ini akan muncul tatkala kepedihan warga, bukan hanya isu daerah namun isu nasional untuk mereka menaruh perhatian dan mengungkapkan cara penyelesaiannya diberbagai media cetak dan online Lokal, bahkan keduanya sering ditelphon oleh redaksi media untuk dimintai tanggapannya terkait persoalan masyarakat Aceh Utara, kepedulian mereka sangat tinggi dalam persoalan masyarakat, mereka menginginkan hak masyarakat harus dijunjung tinggi untuk kemaslahatan ummat.
Derap langkah mereka berdua bagaikan sepasang calon kepala daerah yang didukung penuh oleh masyarakat atau jalur indenpenden, mereka terasa pantas menerima mandat atau kepercayaan masyarakat untuk memakmurkan daerah, namun mereka belum. Memikirkan kursi Kepala Daerah mereka lebih fokus pada pembelaan hak hak rakyat Aceh Utata.[]